Senin, 22 Februari 2016

Dilema umur 20-an


Yapsss umur 20-an  memang menjadi step pertama bagi kita merasakan hidup yang sebenarnya. Dimana kita merasa galau yang  kuliah akan wisuda, dimana akan merasakan dilema yang berkelut dihati dan pikiran. Kita ( anak kuliah ) yang sudah terbiasa menjalani hidup yang super duper  mudah, gimana nggak? Butuh shoping ( bagi yang doyan belanja) tinggal minta,   mau nongkrong ala  anak gaul    yang notabenanya hanya wasting time saja tinggal telepon orang tua ( bagi yang anak in the cost seperti saya hahha), sampai keperluan paling kecilpun masih menengadah tangan kepada orang tua. 

                                   wajah abstrak with Gaol

Ketika saya menulis ini sedang menunggu acc skripsi yang ngarep banget cepat di acc doping tercinta. Bulan April insyaallah sudah menjadi target wisuda untuk melanjutkan step hidup selanjutnya. Di umur saya yang ke-22 ( seperti lirik lagu Taylor Swift ) tidak sesuai akte lahir memang ( nanti deh saya ceritain) mulai resah dengan pengambilan keputusan kedepannya. Saya pernah beberapa kali kerja part time sebagai pengajar di sekolah dan beberapa tempat bimbel. Tapi sekarang sudah saya lepaskan  semua mungkin dilain waktu saya ceritakan. Untuk ditahun 2016 yang sudah masuk bulan february haduhh, valentine baru kemarin berlalu siapa nih yang udah dapat coklat?? Kepo* .  saya mempunyai beberapa planning dan sudah masuk ke dalam list dream book, ini nih masih menjadi pertentangan hati saya :
1.     Si Bapak / Daddy ( sometimes I call him daddy) panggilan saya kepada ayah menawarkan lanjut S2, saya binguung mau jawab apa tapi pernah saya kasih jawab “ kalau memang bapak mau ( dalam artian menanggung biaya selama S2, saya mau tapi saya harus ada pekerjaan dulu ( duh jawaban kamisa yang mulai dewasa) ” . sampai sekarang saya belum memberikan jawaban yang pasti  mau melanjutkan atau tidak. aduhhh bingung nih ada solusi gag??
2.    Sebenarnya saya mau melanjutkan S2 tanpa alasan bekerja dulu, saya sekarang lagi berburu beasiswa ( tidak memberatkan dad kasihan kan dia singel parent sekarang  dan juga saya masih punya adik yag masih sekolah ) termasuk LPDP doakan ya guyss. Saya mau daftar baru tahun 2017 karena masih butuh prepare lebih J.
3.    Traveling , saya sudah menabung untuk solo traveling pertama kenegara tetangga dan mengelilingi beberapa kota di Indonesia ( dipostingan berikutnya  yah saya jelakan)  , tapi banyak banget yang nentang. Teman dekat saya sebagian tidak ada yang mendukung apalagi dari pihak keluarga hufthh, tapi jangan panggil kamisa kalu gag bisa  :D
4.    Walaupun saya merencanakan liburan panjang selama tahun 2016 ini, bukan kamisa namanya ( miss half unplanning )  yang bisa merubah planning diawal  total, saya juga mau sambil cari kerja.
5.    Yupss, kerja yang bisa saya nikmati selagi  muda. Work Holiday visa  (WHV) bekerja sambil berlibur kita bisa mendapatkan visa setahun di Australia. Lumayan bisa bekerja untuk biaya liburan . ini sudah saya masukkan kedalam list dream book, saya ingin lebih mandiri lagi di negeri orang dan menjadi pribadi yang lebih baik dengan pengalaman yang dmiiliki. Tapi masih belum dapat izin, saya sudah cerita kebeberapa teman dekat , sama juga gag ada yang setuju, memang sih saya udah pernah cerita kepada big bro, katanya “ ngapain harus kesana, mau nanti dijual orang atau kesasar?”  Udah dijelasin panjang lebar juga tetap gag ngasih izin. Bagaimana dengan dad? Dia ngizinin sih tapi masih masih 60%. Karena saya yang masih bau kencur ( bukan karena suka makannya ya..) . saya belum punya pengalaman apa apa hidup dinegara orang ( yakin banget mau kesana hehehe ) . saya juga belum punya uang 60 juta  untuk simpanan bukti rekening koran , jadi saya harus berusaha keras ngumpulinnya sambil senggol dad, you know what? ( saya masih newbie lohhh ).  Niat yang baik berbanding lurus dengan dimudahkan Allah SWT.

Udah deh itu aja dulu,  nanti  saya ceritain di postingan berikutnya, yang baca jangan sedih ya ( ngarep banget  ). Mohon bimbingannya salam hangat dari tata yang sedang dilema.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar